Total Tayangan Halaman

Minggu, 08 Januari 2012

Cerpen - Senandung Cinta

SENANDUNG CINTA

Pagi itu, di SMP Negeri 2 Cilacap. Aku, Dika - siswa kelas 8 di SMP itu - telah selesai mengampu adik-adik kelasku sewaktu MOS ( Masa Orientasi Siswa ). Sesungguhnya sih belum selesai, cuma aku disuruh menghadap Ipul - Si Ketua OSIS - untuk menggantikannya mengampu kelas ampuannya. Jadinya aku suruh temanku menggantikanku sejenak. Setelah itu, akupun langsung menghadap Ipul. Dari kelas ampuanku 7E, aku menuju ke kelas 7A.
“ Dikha, kamu ampu sebentar kelas ini. Aku dipanggil oleh Pak Herlambang,” kata Ipul.
“ Baiklah, jangan lama-lama ya ? Kelas ampuanku juga aku tinggalin,” pintaku.
“ Ya..ya..”
Tak lama kemudian, Ipul - Ketua OSIS yang pendek, cakap, serta sergap dan cekatan - meninggalkan aku. Akupun masuk ruang kelas 7A dan mulai menyapa adik-adik kelasku yang mukanya baru-baru semua.
“ Pagi adik-adik..,” sapaku dengan ramah pada mereka.
“ Pagi ka,” jawab mereka serentak dan lantang.
“ Ka, nama kakak siapa ?” tanya salah seorang dari mereka. Aku tak tahu darimana suara itu berasal. Tapi sepertinya itu adalah suara wanita. Karena aku ingat pepatah Tak Kenal Maka Tak Sayang, aku jawab pertanyaan adik itu,
“ Nama kakak Inmas Andikha Yomi. Tapi kalian semua bisa panggil kakak Dikha,” jawabku. Untuk mengalihkan pembicaraan yang tidak-tidak, aku tanyakan lagi sesuatu pada mereka,
“ De, tadi Kak Ipul ngomongin apa aja ke kalian ?” tanyaku.
“ Cuma kenalan tadi ka,” jawab mereka singkat.
Tak perlu waktu lama aku berada di dalam kelas itu. Aku juga sudah kehabisan bahan untuk berbicara di hadapan mereka. Akhirnya Ipul datang juga. Dan tepat aku keluar dari kelas itu, bel pulang sekolah berbunyi. Akupun langsung membubarkan kelas ampuanku yang aku tinggal tadi - 7E - . setelah semua adik kelas pulang, aku dan teman-teman OSIS yang lain berkumpul di Ruang OSIS untuk mengevaluasi kegiatan MOS tadi.

Elzha Septika Widya Paramitha - salah seorang anak di kelas 7A - penasaran padaku. Ternyata dia yang menanyakan namaku tadi. Aku tahu itu dari temanku yang sekelas dengannya. Seusai evaluasi kegiatan, temanku itu cerita padaku. Gadis itu cantik, tidak terlalu tinggi, kulitnya cokelat sawo matang, dan rambutnya agak keriting. Benar-benar tipeku. Setelah aku keluar dari kelas 7A sepulang sekolah tadi, aku melihatnya. Dia sepertinya sedang buru-buru ketika dia lewat di depanku. Tapi dia sempat menyunggingkan seulas senyuman padaku. Aku balas dengan senyuman indahku. Aku terus memperhatikannya sampai dia benar-benarmenghilang dari pandanganku. “ Benar-benar cewek yang aneh.” Gumamku dalam hati.

Lama aku tidak melihat batang hidungnya lagi. Emm.. kira-kira hampir 1 minggu. Tiba-tiba, hatiku bergejolak. Entah apa yang membuat hatiku ingin melihatnya lagi. Padahal, aku punya teman dekat yang bisa dibilang aku suka padanya sejak kelas 5 SD.
Hebat bukan anak sekecil itu sudah yahu apa yang namanya cinta dan pacaran? Dia, dia namanya Listiani Nur Hidyawati, sering dipanggil Lilis. Cewek yang pintar, sopan, dan aktif. Tubuhnya tinggi, rambut hitamnya panjang terurai. Kulit yang hitam manis. Serta senyum yang tak kalah manisnya dengan wajah dan kulitnya. Itulah hal yang membuatku tertarik pada Lilis. Ya, aku menyukainya sejak kelas 5 SD. Saat itu ada Lomba Pelajar Teladan antar SD. Dan kebetulan, sekolah kami bersebelahan. Aku SD Negeri 2 dan Lilis SD Negeri 1. Dan suatu hari, aku dan Lilis sama-sama mengikuti Lomba Pelajar Teladan antar SD. Aku menjalani babak pertama, babak penyisihan. Ternyata, aku dan Listiani sama-sama tidak lulus ujian babak pertama. Selama menunggu teman kami menyelesaikan ujian babak kedua, kami ngobrol-ngobrol sedikit. Dan tentunya, kami berkenalan.
“ Hay, kamu lolos ke babak selanjutnya ?” tanyanya. Sejenak, aku agak sedikit canggung karena sebelumnya kita tidak pernah mengobrol sama sekali. Selain itu, aku juga sedikit bingung apakah dia sedang berbicara kepadaku ? Soalnya disebelahku banyak anak dari sekolah lain.
“ Ya, kamu,” katanya seolah dia bisa membaca pikiranku yang sedang bingung. Dan tanpa berpikir panjang lebar, aku menjawab pertanyaannya itu.
“ Tidak, cukup sampai disini perjuanganku.”
“ Nasib kita sama, aku juga tidak lolos ke babak selanjutnya. Huh, sengguh menyedihkan.”
“ Ayo, kita duduk. Kita ngobrol-ngobrol sambil menunggu teman kita menyelesaikan test,” lanjutnya. Aku seraya tidak percaya dengan apa yang aku dengar berusan. Seperti mimpi bagiku. Tidak ! Ini bukan mimpi. Ini nyata !
“ Namamu siapa ?” tanyanya. Lagi dan lagi. Dia membuat hatiku semakin berdegup kencang sampai aku bisa mendengar detak jantungku.
“ Aku, Inmas Andikha Yomi. Dan kamu ?” jawabku
“ Kenalin, aku Listyani Nur Hidyawati. Salam kenal.” jawabnya sambil mengulurkan tangannya padaku. “ Emm..bukannya kamu anak SD 2 ya ?”
“ Ya, aku anak SD 2. salam kenal juga dariku. Oh ya, kamu bisa panggil aku Dikha aja.”
“ Ohh..Dikha, kamu bisa panggil aku Lilis.”
Namun percakapan yang menyenangkan itu tidak berlangsung lama. Sesaat setelah itu, Ibu Guru kami menyuruh kami untuk kembali ke sekolah. Aku sungguh menyesali percakapan yang sebentar itu. Dan berharap bisa ngobrol panjang lebar lagi dengannya.

Beberapa hari setelah percakapanku dengan Listyani berakhir, aku curhat kepada temanku. Eh, bukannya dia membantuku malah dia menggodaiku dan membuat semua teman sekelas tahu kalau aku suka sama Lilis. Dan teman sekelasku membuat rencana untuk mendekatkanku dengan Listyani sElzhara paksa. Aku kira rencana ini hanya gurauan belaka. Aku salah, esoknya mereka melakukan rencana itu dengan mengurungku bersama Listyani di dalam kelas. Aku memberontak ketika aku dipaksa masuk ke kelas Listyani. Tapi usahaku gagal. Aku dan Listyani dikunci di ruang kelas berdua. Dan denger-denger dari teman sekelasnya, dia menangis setelah kejadian itu. Sengguh, aku merasa bersalah padanya. Dan setelah itu aku putuskan untuk tidak bertemu sElzhara sengaja dengan Lilis.

2 tahun aku tidak bertatapan muka maupun berbicara dengan Listyani. Pengumuman kelulusan SD sebentar lagi. Dan saat pengumuman tiba, aku lulus dengan mendapat peringkat ke 4 paralel. Begitu pula dengan Listyani, dia mendapat peringkat 2 paralel. Dan sElzhara tidak sengaja, kami berdua mendaftar di sekolah yang sama yaitu SMP Negeri 2 Cilacap. Aku kaget sekaligus senang dengan kabar ini. Dengan ini aku akan selalu dekat dengannya dan punya kesempatan yang lebih banyak lagi untuk bicara dengannya. Tapi, setelah pembagian kelas, kamu beda kelas. Dia berada di kelas 7G dan aku di kelas 7D.

Aku baru diperbolehkan oleh orangtuaku memegang Hand Phone saat SMP. Akupun dibelikan Hand Phone oleh orang tuaku. Dan ini kesempatanku. Untungnya, teman sekelasku ada yang sekelas dengan Listyani sewaktu SD. Dan untungnya lagi, dia punya nomor Hand Phone Lilis. Aku meminta nomor Hand Phone Lilis. Aku dapat. Dan sepulang sekolah, aku langsung SMS Listyani.
To : Listyani
No. : 0856741XXXXXX
Hay.. apakah kau masih ingat padaku Listyani ? Ini aku, Dikha. Ini benarkan nomor Hand Phone Listyani ?
Tak beberapa lama kemudian, dia menjawab SMS aku.
From : Listyani
No. : 0856741XXXXXX
Oh.. kamu. Jelas aku masih ingat. Memangnya aku sudah tua apa ? ya aku Lilis. Ini nomor Hand Phone ku.

Selanjutnya, kami berhubungan melalui Hand Phone. Dan terkadang, jika sepulang sekolah kami bertemu, kami sering ngobrol dan pulang bersama. Suatu hari, aku tak dapat memendam perasaan itu terlalu lama. Aku ungkapkan isi hatiku padanya. Namun hanya melalui SMS. Kuharap, dia akan menjawab “ iya “ kali ini.

To : Listyani
No. : 0856741XXXXXX
Lis, tahukah kamu? Sejak pertama kali kita bertemu, sewaktu lomba dahulu, perasaan itu mulai muncul dihatiku. Cinta.. ya jujur aku katakan. Aku Cinta Kamu dan Aku Suka Padamu. Maukah kau menjadi pacarku ?

Hampir 15 menit aku menunggu jawaban darinya. Dan Hand Phoneku berdering. Dia menjawab SMS ku. Sejenak aku terpaku dan diam mengamati SMS dari Listyani. Setelah membaca pesannya, hatiku sekit dan sedih sekali. Jawaban darinya tidak seperti yang ku inginkan. Dia hanya ingin kami bersahabat saja. Aku tidak bisa merasakan apapun kecuali kesedihanku.




Aku selalu terngiang akan SMS yang Listyani kirimkan kemarin padaku. Tapi aku tidak menyerah begitu saja. Aku akan terus berusaha meyakinkanya dan menunjukan cintaku pada Listyani.
Hingga Elzha datang mengisi hatiku ini. Dia cewek yang cantik dan baik menurutku. Dia membuatku lupa akan perasaanku pada Listyani. Terakhir kali aku melihat Elzha, emm…. Kapan yah ? Ah, sekitar seminggu yang lalu setelah selesai upacara penutupan MOS. Dia lewat dihadapanku, sama seperti ketika kami bertemu sebelumnya. Elzha selalu menyunggingkan senyuman yang hangat ketika bertemu denganku. Senyuman yang bisa membuat lelaki manapun tertarik padanya. Dan Elzha menyapaku.
“ Pagi ka,” sapanya disertai senyumannya. Aku balas dengan senyuman terhangat yang aku punya.
“ Pagi juga de ,”
Aku tak menyadarinya, bahwa setiap kali bertemu dan berpapasan dengan Elzha, jantungku berdegup tak karuan.
Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaringnya. Setelah keluar dari kelas, aku bergegas menuruni tangga karena kelasku berada di lantai 2. Dengan cepat, aku menuruni tangga. Namun, setibanya di bawah langkahku terhenti. Aku melihat Elzha sedang duduk di bangku panjang di depan kelas. Kelas siapa itu ? hatiku bertanya-tanya tentang itu. Akupun langsung melihat plang kelas yang ada di atas pintu. Ah, itu kelasnya sendiri. Tapi, apa yang sedang dia lakukan di sana ? Dan sepertinya dia sedang menunggu seseorang. Siapa yang akan ditemuinya kalau memang dia sedang menunggu seseorang ? Pertanyaan-pertanyaan lain kembali bermunculan di dalam benakku. Sampai akhirnya, bunyi perutku yang nyaring menggangguku. Aku terus berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil sepedaku. Dan aku harus melewatinya jika aku ingin bergegas pulang. Saat tiba di depannya, langkahku kembali terhenti. Dia memanggilku dan menghentikan langkahku. Pertanyaan yang muncul di dalam benakku terjawab sudah sekarang. Dia sedang menungguku.
“ Mau kemana ka ?” tanyanya
“ Ya pulang lah de, mau kemana lagi ?” jawabku agak sedikit tertawa.
“ Ntar kenapa ka. Kita ngobrol dulu. Sebentar aja. “
“ Harus sekarang ya de ? Kakak laper tau,” kataku sambil sedikit mengeluh.
“ Yaudah, gini aja, aku minta nomor Hand Phone kakak boleh kan ?”
Apa ? dia minta nomor Hand Phoneku ? Aku tidak dapat berpikir jernih saat itu. Karena itu, aku tidak dapat menemukan alasan yang tepat untuk tidak memberikan nomor Hand Phoneku pada Elzha. Akupun kasih nomor Hand Phoneku pada Elzha.
“ 085647XXXXXX,” jawabku.
“ Aku ulangin lagi ya kak, 085647XXXXXX,”
“ Ya. Yaudah ya, kakak pulang dulu. Laper nih,” kataku sambil terkekeh ringan.
“ Ya kak, makasih ya. Oh ya, hati-hati di jalan.”

Setibanya di rumah, tepatnya setelah makan siang, Hand Poneku berdering. Akupun langsung memungutnya dan membaca siapa yang SMS aku. Nomor baru dalam Contact Number di Hand Phoneku, dan aku tak tahu ini nomor siapa. Aku baca SMS itu.

From : ( No Name )
No. : 085847XXXXXX
Siang kak, lagi ngapain nih ?

Aku merasa, aku tidak memberikan nomor Hand Phoneku pada siapapun tadi ataupun hari-hari sebelumnya. Aku ingat-ingat lagi, aku memberi nomor Hand Phoneku ke siapa sembari aku membalas SMS dari entah-siapa-itu.

To : ( No Name )
No. : 085847XXXXXX
Maaf, ini nomor Hand Phone siapa ya ?

Sambil menunggu balasan SMS dari entah siapa itu, aku mengingat-ingat kembali siapa orang yang telah kuberikan nomor Hand Phoneku. Dan tak beberapa lama kemudian, Hand Phoneku kembali berdering, membuyarkan ingatanku. Entah siapa itu membalas SMSku.

From : ( No Name )
No. : 085847XXXXXX
Ini aku kak, Elzha. Masa lupa sih. Tadi sepulang sekolah kan kakak kasih nomor Hand Phone kakak padaku.

“ Ahh.. benar, tadi sepulang sekolah aku kasih nomor Hand Phoneku pada Elzha. Ini gara-gara kekenyangan jadi aku tidak bisa berpikir jernih.” gumamku lirih.

Sejak saat itu, menurut perkiraanku rasa penasaranya padaku semakin menjadi-jadi. Setiap pulang sekolah, dia selalu membuntutiku kemanapun aku pergi. Dia tidak sendiri, dia berboncengan dengan temannya. Teman ceweknya yang entah siapa namanya. Karena merasa risih dibuntuti oleh Elzha, aku percepat kayuhan sepedaku. Dia membuntutiku selama beberapa hari berturut-turut.





Aku baru saja sampai dirumah setelah selesai Ekstrakurikuler Pramuka di sekolah. Aku melirik jam dinding yang tergantung di dinding kamarku. Waktu menunjukan pukul 16.30. Sesaat setelah melirik jam dinding, Hand Phoneku berdering. Aku lihat Hand Phoneku, ternyata ada SMS masuk. Lalu aku baca.

From : Elzha
No. : 085847XXXXXX
Ka, lagi ngapain nih ?
Aku balas SMS dari Elzha itu.

To : Elzha
No. : 085847XXXXXX
Baru pulang dari latihan Pramuka de. Emangnya ada apa ?

Kitapun saling kirim SMS. Sampai aku terpaku pada satu pesan dari Elzha yang menyatakan perasaannya kepadaku. Aku terkejut dan diam membisu saat itu. Oh My God, kejadian yang jarang-jarang terjadi pada orang lain, kini terjadi padaku. Cewek lebih dulu menyatakan perasaannya.
Cukup lama aku diam mematung diatas tempat tidurku. Memikirkan apa yang akan aku katakana pada Elzha. Apakah aku harus menolaknya? tapi aku tak ingin menyakitinya. Apakah aku harus menerimanya? Tapi aku baru mengenalnya. Aku sungguh-sungguh bingung saat itu. Tak beberapa lama, lamunanku dibuyarkan oleh suara dering Hand Phoneku. Nadanya beda dari yang biasanya. Ternyata ada telephone masuk. Cepat-cepat aku mengangkatnya.
in-hoo.blogspot.com 
“ Hallo,” kata seseorang di ujung sana.
“ Hallo, ini siapa ya ?” kataku
“ Ini aku kak, Elzha. Gimana ?” tanya Elzha.
“ Gimana apanya ?”
“ SMSku yang tadi, udah masuk kan ? Gimana jawaban kakak?” tanyanya meyakinkanku. Aku kembali melamun memikirkan tentang ini. Gimana ini? Aku juga harus meyakinkan Lilis agar dia mau melihat aku, dan hanya aku. Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan oleh suara Elzha diujung sana.
“ Kak !" serunya.
“ Ya.” jawabku kaget.
“ Gimana ?”
“ Gini ya de, bukanya kakak ga mau sama adek. Tapi adek kasih kakak waktu 1 hari aja buat mikir-mikir lagi. Ok. Besok kakak kasih jawabannya Insya Allah.” jawabku.
“ Yaudah deh kalau begitu. Aku tunggu jawaban kakak besok ya. Daaah .”
Aku langsung menutup flap Hand Phoneku. Aku buka lagi flap Hand Phoneku. Jemariku langsung menari-nari diatas angka dan huruf yang ada pada keypadnya. Aku kirim SMS ke Lilis. Kali ini aku mencoba menyatakan cintaku lagi pada Lilis. Tapi, jawabannya tak jauh berbeda dengan jawaban yang Lilis berikan kepadaku waktu pertama kali aku mengungkapkan isi hatiku. Dia tetap ingin kita menjadi sahabat. Tak lebih dari itu.
in-hoo.blogspot.com 

Aku berpikir, mungkin Allah menakdirkan aku dan Lilis hanya untuk menjadi sahabat. Oke, sekarang aku bisa menerima kenyataan itu sekarang. Aku jadi teringat tentang janjiku pada Elzha kemarin. Dengan segera, akubuka flap Hand Phoneku dan memulai menari-narikan jemariku diatas keypadnya.

To : Elzha
No. : 085847XXXXXX
Zha, tentang SMS yang kamu kirim ke kakak kemarin, kamu mau ga jadi pacar kakak ?

Kini memang aku yang mengungkapkan perasaanku padanya. Aku gak mau kalau dibilang sama temen-temenku “ masa cowok ditembak cewek ? Apa kata dunia ?” Elzha mau menjadi pacarku. Dan sejak saat itu, kami berdua berpacaran. Pacaran antara kakak kelas dan adik kelas.

Hari demi hari kita lalui bersama. Kita janjian ketemu di samping kebun jagung. Kita ngobrol panjang lebar seusai sekolah di halaman sekolah. Curhat, bercanda bersama dan sebagainya. Tapi, sewaktu kita bertemu, aku belum pernah dan tidak berani untuk menyentuh dan memegang tangannya. Teman sekelasku-Dhimas-menyarankan aku harus berani untuk memegang tanganya.
“ Dik, aku liat, kalau kamu sedang sama Elzha, kamu tidak pernah menggandeng tanganya sama sekali ?” tanya Dhimas.
“ Ah.. aku ga berani megang tanganya Mas. Aku malu.” jawabku.
“ Pegang saja tanganya, gak usah ragu. Setidaknya kalau kamu genggam tanganya, kamu akan tahu seberapa besar cinta Elzha ke kamu,” kata Dhimas.
“ Ah.. lain kali mungkin akan aku coba. Thanks atas saranya.”

Aku akan mencoba memegang dan menggandeng tangan Elzha. Aku juga sudah menemukan waktu yang tepat untuk melakukan itu. Seusai latihan Drumband di sekolah. Ya! Itu waktu yang sangat tepat. Seusai latihan Drumband, kami jalan bersama ke halaman depan sekolah. Ingin aku coba menggenggam tanganya. Tapi, aku masih takut. Berkali-kali kucoba, namun aku tak bisa menggenggam tanganya. Seolah-olah batinku berkata dan melarangku untung memegang tangannya.” Jangan, jangan sentuh dia. Jangan sentuh dia.” Aku berdebat dengan batinku. Aku ingin menggenggamnya, tapi batinku melarangnya. Kenapa aku tak boleh lakukan itu ?

Waktu terus berputar. Kini hubungan antara kami berdua sudah mulai merenggang. Elzha berubah 180 derajat dari sifat yang dia tunjukan kepadaku. Biasanya, jika aku SMS Elzha, dia langsung membalasnya. Namun lain dengan sekarang. Dia tidak menjawab telepon mauoun SMS dariku. Dia yang biasanya menungguku dihalaman sekolah setelah pulang sekolah, kini aku tak pernah melihatnya di halaman sekolah sepulang sekolah. Dia yang selalu mau jika diajak bertemu di samping kebun jagung, kini dia selalu beralasan sibuk dan selalu tidak bisa. Memang, dia itu atlet renang, tapi aku yakin betapa sibuknya dia latihan renang, pasti dia ada waktu kosong. Apakah memang dia sesibuk itu? Apa yang terjadi padanya? Apa yang membuatnya berubah 180 derajat? Aku selalu memikirkan hal ini. Dan karena ini pula, nilai-nilai ulanganku semakin merosot. Sampai pada suatu hari, hari yang paling menyedihkan dan menyakitkan bagiku selama ini. Lebih menyakitkan dan menyedihkan dari cintaku yang ditolak oleh Lilis. Dia mengirimkan pesan yang sangat singkat dan menyakitkan untuku.

From : Elzha
No. : 085847XXXXXX
Kak, kurasa hubungan kita gak bisa dilanjut lebih jauh lagi. Aku dimarahi oleh orangtuaku. Maaf kak, kita putus.

Apa? Putus? Baru pertama kali aku mengalami putus cinta. Sakit sekali rasanya bagiku yang baru mengerti apakah cinta itu. Dan tanpa aku sadari, air mataku telah membasahi pipiku. Namun aku berusaha menahan emosiku. Memang, selama 3 bulan ini hubungan kami berdua backstreet. Tapi selama aku berpacaran dengan Elzha, dia tidak meunjukan tanda-tanda bahwa orangtuanya tahu kalau Elzha berpacaran. Aku merasa tidak mempercayai alasan Elzha memutuskanku. Dan setelah itu, aku berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan tentunya, aku harus memperbaiki nilai-nilaiku yang jeblog-jeblog. Aku tidak boleh bodoh hanya karena cinta !
in-hoo.blogspot.com

Setelah aku putus dengan Elzha, hubungan kita berdua juga demikian. Aku dan Elzha menjadi berjauhan, tidak saling bicara, bahkan menyapa dan senyum pun tidak. Jika kebetulan kami berpapasan, kami biasa saja seolah tak kenal satu sama lain. Dan jika aku SMS Elzha untuk menanyakan kabar, dia tak pernah membalasnya sekalipun.
Dan ternyata, apa yang aku pikirkan tentang alasan Elzha memutuskanku benar adanya. Elzha tidak disuruh putus denganku maupun ketahuan oleh orang tuanya tapi dia berpacaran dengan cowok lain. Dia menduakanku sebelum aku putus dengan Elzha. Aku mendapat info tersebut dari temanku, Raka.
“ Dik, kamu sih sudah putus sama Elzha apa belum ?” tanya Raka.
“ Udah, sekitar 1 minggu yang lalu,” jawabku.
“ Hah, 1 minggu yang lalu? Berarti Elzha menduakanmu donk?”
“ Emangnya kenapa?” tanyaku penasaran.
“ Si Elzha itu pacaran sama tetanggaku sekitar 2 minggu yang lalu,” Jawab Raka.
Hatiku serasa hancur berkeping-keping mendengar info tersebut. Jadi, inikah yang dinamakan patah hati? Oh….. dan sekarang aku mengerti kenapa aku selalu takut memegang tanganya dan batinku selalu melarangku untuk memegang tanganya. Karena dia bukan untukku.

Hampir setahun aku berpisah denganya. Namun dirinya tak bisa hilang dari pikiranku. Aku selalu memikirkan dan ingat kepadanya. Aku tak tahu. Apakah aku masih mencintainya selama ini? Lalu aku mendengarkan musik untuk menenangkan pikiranku. Aku mendengarkan lagu yang berjudul “ Dimanakah “ yang dinyanyikan oleh Fendy Chow. Lagu ini sangat sesuai dengan perasaanku saat ini. Aku mendengarkan lagi ini berkali-kali sampai aku tertidur.
Tersimpan dalam hati ini
Cinta dan kasih yang tak bertepi
Pasrahkan cinta tak selalu indah
Dan tak selalu memiliki
Sekian lama ku bertahan
Menanti cinta yang ku inginkan
Dalam setiap nafasku slalu berharap
Seseorang kan datang dalam hidupku
Dimanakah.. kekasih yang tulus mencintaiku
Kemana harus kucari
Oh Tuhan ku ingin bersamanya
Dimanakah.. kekasih yang slalu merindukanku
Mengapa jauh dariku
Oh Tuhan ku ingin berjumpa dengannya

Benar! Aku masih mencintainya selama ini. Aku sudah bersaha melupakanya dan menghilangkan bayanganya dalam hidupku. Namun itu tak bisa. Dalam do’aku, aku selalu memohon kepadaNya agar ditunjukan kebenaran perasaanku.
“ Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim. Mengapa dia belum hilang dari pikiranku Ya Allah. Apakah dia benar-benar jodoh untukku nantinya? Ya Allah, tolonglah hambaMu ini, apabila dia benar-benar jodohku nantinya, janganlah engkau hilangkan perasaan ini dariku. Namun apabila dia bukan jodohku nantinya, cepatlah engkau hilangkau perasaan yang selalu menggangguku itu Ya Allah.”

Namun, sampai sekarang aku belum bisa melupakanya dan perasaan itu masih menggangguku. Bahkan sampai aku lulus SMP dan kini aku duduk di bangku SMA, tepatnya di SMA Negeri 1 Cilacap. Aku masih mencintainya, dan akan selalu mencintainya sampai kapanpun. Dia mungkin tidak tahu bagaimana perasaanku padanya saat ini. Cinta memang tidak harus memiliki. Aku akan senang jika aku melihatnya senang, walau dia bersama orang lain. Aku berharap suatu saat nanti, dia bisa melihatku, benar-benar aku, dan bukan orang lain. Tentang perasaanku kepadanya sampai kapanpun, aku juga tak tahu. Hanya Allah yang tahu perasaanku yang sesungguhnya kepadanya.



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar